Keluarga bahagia
Aku selalu antusias kalau ada yang nyebut ilmu tentang itu.
Ilmu tentang keluarga wa bil khusus suami istri. Buku psikologi suami istri
sudah khatam sejak aku dilamar, buku mars dan venus juga pernah kuhabiskan. Ada
lagi buku judulnya "menikah untuk bahagia". Buku itu aku beli setelah lihat wawancara
di tv. Penulisnya pak Noveldy konsultan pernikahan. Googling ke ibuprofesional.com
atau sekolahpernikahan.com, hmmm aku betah banget. Seringnya ngobrolin sama teman dekat
sih, di sela sela ngajar aku sempatin ngobrol tentang keluarga. Bukan dalam
rangka buka aib ya, tapi saling bertukar ilmu.
Pas kemarin 8 april 2018 adikku nikah. Jadinya aku
bongkar-bongkar lagi isi lemari bukuku buat ku pinjamkan ke manten anyar. Adik
baru. Namanya milatuz zahro, Haaaah
rasanya seneng banget dapat adik perempuan baru, dari dulu “ngiri” pengen tahu
rasanya ngobrol curhatan sama adik perempuan. Akunya bersaudara cuma dua, aku
mbarep adik bungsu laki pula. Sedekat apa pun curhatan kami namanya laki dan
perempuan tetep ada sekatnya. Mau bilang sebel sama asap rokok, ee suami dan
adik pro rokok. Mau curhatan yang
perasaan banget si adik laki pake logika. Pun fitrah seorang kakak menasehati
gitu ya, otomatis metua kalau kata orang madura. Lewat coretan ini kuluapkan
bahagiaku dapat adik baru. Semoga kita bisa saling menasehati dan saling
menjaga dari api neraka.
Standart suami
-standart istri
Aku nih ketika ditanya ibu “nduk punya calon?”. Aku Cuma
jawab dengan standart yang sudah kusiapkan jauh hari. “Asal agamanya bagus
keluarganya oke abi umi suka. Aku ngikut” jadi lah standartku begitu sederhana.
Agama, keluarganya, dan ortuku suka. Aslinya aku
mah udah BERUSAHA nyari di Malang lewat ustadzahku tapi adaaaa aja yang bikin
batal. Pernah nih ada ikhwan “mau kenalan sama aku” ee tanpa ucapan pamit udah
dapat yang lebih “berderajat” adeeee. Pernah juga kirim CV ke ustad yang sudah
PNS , ustadzahku yang sangat bersemangat nih. “dik dania ini carikan pns sholih
biar gak pulang ke jember” heem sadis ya tujuannya. Padahal doaku ke Allah tuh
ya “ya Allah cari kan yang sholih area Jember biar mudiknya gak jauh bisa bakti
sama Abi Umi” yang kedua ini gagal karena si ustad keder sama jabatan ortuku.
Ini gak ditulis di CV lo ya, ustadzah ku cerita ke suaminya, suaminya cerita ke
ustad itu. Gagal. Ada lagi tuh yang ngajak ta”aruf langsung nelpon. “ukhti
dania saya mau ta”aruf dengan antum saya sudah nunggu 2 tahun” ketika dihubungkan
lewat ustadzah jember ke ortu saya , ortu gak sreg. Gagal lagi. Percaya gak,
ada beberapa kisah kegagalan taarupan ku yang lebih bikin ngakak. Aish. Cukup
itu aja deh ceritanya.
Nah kalau yang
sekarang jd ayah dari anak saya prosesnya kayak jalan tol. Cepat ringkas kilat.
Standart ( 1) agama , standart (2) keluarga baik-baik, standart (3) ortu oke.
Saya bismillah maju. Pas udah nikah nih, ku tanya sama pak su (baca suami).
‘kenapa dulu lihat sekali langsung melamar, nggak istiharoh dulu” . jawab pak
su “standart ku sederhana, bapak ibunya mau sama aku, anaknya mau ayo jalan.
Wong bapaku apa kata aku, yang penting agama apik ada di Jember”. Jadilah standart sederhana kami bertemu ortu
kami sama ridho, sesama jember sebulan
kemudian akad itu merubah hidupku (cieeeh).
Beberapa bulan sebelum adiku nikah. Dia bilang ke ibuku “umi
aku carikan istri dah, kayak mbak itu dah Mik dicarikan” oke! standart yang
nular dariku (untung yang baik. I”m proud about that”). Sambil nyolek sih tak
tambahin “beban” umi ku “umi cariknya yang disukai abi juga, istrinya
kerja, aku disuruh jadi dosen, ya mantunya
yang memper memper dah. Dalam hati ku
doa”Ya Allah mudahkan dapat standart tambahan begitu” . dengan tambahan beban
dariku, umi searching calon mantunya dengan key word “anak sholihah yang kerja”
udah loading gitu beberapa kandidat nama (cuma nama dan sedikit cerita tentang
kandidat nih) bapak kurang sreg. Ndilalah (baca Bi idznillah, Umiku curhat ke
bu dhe Is teman ngaji nya. Bu dhe Is Cuma jawab “carikan anak ngaji di kampus
bu” nah bu Dhe is ganti curhat “kulo gadah ponakan rajin puasa bu, perhatian ke
orang tua”. Abi umi ku oke. Sepulang dari berkenalan kami melakukan diskusi.
Adiku berkomentar “sreg ta dengan yang ini” dia memancing keyakinan Abi Umi.
“areke apik, keluarga apik, Abi Umi ridho, itu sudah petunjuk sreg”. Adikku
menganguk tanda yakin. Standart keluarga dek Mila sangat sederhana juga,
pertanyaan pertama dari bapaknya adalah “bagaimana sholatnya” selebihnya
bertemu, diterima , balesan lamaran dan alhamdulillah kini resmi jd adik
iparku.
Apa dong hubungan standart tadi dengan keluarga bahagia.
Hikmah yang ku dapat adalah sederhanakan standart. Se sederhana Allah meridhoi,
bukan kekayaan bukan jabatan, bukan kecantikan lahir semata, tapi agama dan ridho
keluarga. Ingatku ridho ortu adalah ridho Allah. In sya Allah dengan niat
karena Allah, menikah untuk ibadah ke Allah, jalan menuju pernikahan juga atas
peraturan Allah (baik kenalan/ta’arufan, pesta pernikahan, dan menghindari
kemaksiatan -selengkapnya bisa baca buku Khitbah nikah). yakin deh itu kunci awal
keluarga Bahagia.
Semoga yang belum bertemu jodoh dimudahkan bertemu. Yang
sudah berjalan semoga sama Allah dibahagiakan dengan ilmu dan terus menimba
ilmu. Karena “bahagia” tidak diantar malaikat bersama mahar, tapi harus
diusahakan, diperjuangkan, di kroscekan dengan pasangan. Apa bahagia mu apa
bahagiaku apa keridhoan Allah kita songsong bersama.
Barokallahu laka wa baroka alaika wa jama’a baina kuma fi
khoir
0 komentar