Keluarga bahagia

by - April 28, 2018


Aku selalu antusias kalau ada yang nyebut ilmu tentang itu. Ilmu tentang keluarga wa bil khusus suami istri. Buku psikologi suami istri sudah khatam sejak aku dilamar, buku mars dan venus juga pernah kuhabiskan. Ada lagi buku judulnya "menikah untuk bahagia". Buku itu aku beli setelah lihat wawancara di tv. Penulisnya pak Noveldy konsultan pernikahan. Googling ke ibuprofesional.com atau sekolahpernikahan.com, hmmm aku betah banget. Seringnya ngobrolin sama teman dekat sih, di sela sela ngajar aku sempatin ngobrol tentang keluarga. Bukan dalam rangka buka aib ya, tapi saling bertukar ilmu.
Pas kemarin 8 april 2018 adikku nikah. Jadinya aku bongkar-bongkar lagi isi lemari bukuku buat ku pinjamkan ke manten anyar. Adik baru.  Namanya milatuz zahro, Haaaah rasanya seneng banget dapat adik perempuan baru, dari dulu “ngiri” pengen tahu rasanya ngobrol curhatan sama adik perempuan. Akunya bersaudara cuma dua, aku mbarep adik bungsu laki pula. Sedekat apa pun curhatan kami namanya laki dan perempuan tetep ada sekatnya. Mau bilang sebel sama asap rokok, ee suami dan adik pro rokok.  Mau curhatan yang perasaan banget si adik laki pake logika. Pun fitrah seorang kakak menasehati gitu ya, otomatis metua kalau kata orang madura. Lewat coretan ini kuluapkan bahagiaku dapat adik baru. Semoga kita bisa saling menasehati dan saling menjaga dari api neraka.


Standart suami  -standart istri
Aku nih ketika ditanya ibu “nduk punya calon?”. Aku Cuma jawab dengan standart yang sudah kusiapkan jauh hari. “Asal agamanya bagus keluarganya oke abi umi suka. Aku ngikut” jadi lah standartku begitu sederhana. Agama, keluarganya, dan  ortuku suka.  Aslinya aku mah udah BERUSAHA nyari di Malang lewat ustadzahku tapi adaaaa aja yang bikin batal. Pernah nih ada ikhwan “mau kenalan sama aku” ee tanpa ucapan pamit udah dapat yang lebih “berderajat” adeeee. Pernah juga kirim CV ke ustad yang sudah PNS , ustadzahku yang sangat bersemangat nih. “dik dania ini carikan pns sholih biar gak pulang ke jember” heem sadis ya tujuannya. Padahal doaku ke Allah tuh ya “ya Allah cari kan yang sholih area Jember biar mudiknya gak jauh bisa bakti sama Abi Umi” yang kedua ini gagal karena si ustad keder sama jabatan ortuku. Ini gak ditulis di CV lo ya, ustadzah ku cerita ke suaminya, suaminya cerita ke ustad itu. Gagal. Ada lagi tuh yang ngajak ta”aruf langsung nelpon. “ukhti dania saya mau ta”aruf dengan antum saya sudah nunggu 2 tahun” ketika dihubungkan lewat ustadzah jember ke ortu saya , ortu gak sreg. Gagal lagi. Percaya gak, ada beberapa kisah kegagalan taarupan ku yang lebih bikin ngakak. Aish. Cukup itu aja deh ceritanya.
 Nah kalau yang sekarang jd ayah dari anak saya prosesnya kayak jalan tol. Cepat ringkas kilat. Standart ( 1) agama , standart (2) keluarga baik-baik, standart (3) ortu oke. Saya bismillah maju. Pas udah nikah nih, ku tanya sama pak su (baca suami). ‘kenapa dulu lihat sekali langsung melamar, nggak istiharoh dulu” . jawab pak su “standart ku sederhana, bapak ibunya mau sama aku, anaknya mau ayo jalan. Wong bapaku apa kata aku, yang penting agama apik ada di Jember”.  Jadilah standart sederhana kami bertemu ortu kami sama ridho, sesama jember  sebulan kemudian akad itu merubah hidupku (cieeeh). 
Beberapa bulan sebelum adiku nikah. Dia bilang ke ibuku “umi aku carikan istri dah, kayak mbak itu dah Mik dicarikan” oke! standart yang nular dariku (untung yang baik. I”m proud about that”). Sambil nyolek sih tak tambahin “beban” umi ku “umi cariknya yang disukai abi juga, istrinya kerja,  aku disuruh jadi dosen, ya mantunya yang memper memper dah.  Dalam hati ku doa”Ya Allah mudahkan dapat standart tambahan begitu” . dengan tambahan beban dariku, umi searching calon mantunya dengan key word “anak sholihah yang kerja” udah loading gitu beberapa kandidat nama (cuma nama dan sedikit cerita tentang kandidat nih) bapak kurang sreg. Ndilalah (baca Bi idznillah, Umiku curhat ke bu dhe Is teman ngaji nya. Bu dhe Is Cuma jawab “carikan anak ngaji di kampus bu” nah bu Dhe is ganti curhat “kulo gadah ponakan rajin puasa bu, perhatian ke orang tua”. Abi umi ku oke. Sepulang dari berkenalan kami melakukan diskusi. Adiku berkomentar “sreg ta dengan yang ini” dia memancing keyakinan Abi Umi. “areke apik, keluarga apik, Abi Umi ridho, itu sudah petunjuk sreg”. Adikku menganguk tanda yakin. Standart keluarga dek Mila sangat sederhana juga, pertanyaan pertama dari bapaknya adalah “bagaimana sholatnya” selebihnya bertemu, diterima , balesan lamaran dan alhamdulillah kini resmi jd adik iparku.

Apa dong hubungan standart tadi dengan keluarga bahagia. Hikmah yang ku dapat adalah sederhanakan standart. Se sederhana Allah meridhoi, bukan kekayaan bukan jabatan, bukan kecantikan lahir semata, tapi agama dan ridho keluarga. Ingatku ridho ortu adalah ridho Allah. In sya Allah dengan niat karena Allah, menikah untuk ibadah ke Allah, jalan menuju pernikahan juga atas peraturan Allah (baik kenalan/ta’arufan, pesta pernikahan, dan menghindari kemaksiatan -selengkapnya bisa baca buku Khitbah nikah). yakin deh itu kunci awal keluarga Bahagia. 

Semoga yang belum bertemu jodoh dimudahkan bertemu. Yang sudah berjalan semoga sama Allah dibahagiakan dengan ilmu dan terus menimba ilmu. Karena “bahagia” tidak diantar malaikat bersama mahar, tapi harus diusahakan, diperjuangkan, di kroscekan dengan pasangan. Apa bahagia mu apa bahagiaku apa keridhoan Allah kita songsong bersama.

Barokallahu laka wa baroka alaika wa jama’a baina kuma fi khoir

You May Also Like

0 komentar