Neraca Bahagia itu adalah PERNIKAHAN
Pernikahan |
Kalau membaca kata “Pernikahan”, apa yang ada
di benak anda ?
sebuah kalimat yang terngiang di benak saya
saat ini. “Pernikahan adalah Sebuah moment yang semua orang ingin mencapainya.
Dan ketika dihadapkan dengan realita bingung apa solusinya”. Haha Ingatan itu based on sebuah tulisan yang saya baca jauh
sebelum saya menikah. Sebenarnya yang tertulis lebih ekstrim. “Pernikahan
adalah gerbang yang semua orang ingin memasukinya, dan ketika sudah masuk
setiap orang ingin keluar darinya”. Itu kalimat yang saya temukan.
Benarkah? hemm selama 8 tahun pernikahan,
terkadang dalam keadaan jengkel, saya hampir-hampir saja membenarkan kalimat
itu, ooops buru-buru istigfar. Hehe. Tapi Ketika hati sakinah. Saya ingatkan
diri saya bahwa Pernikahan adalah hal yang paling saya syukuri. Ini anugrah
dari Allah. Universitas pernikahan membuat anggota di dalamnya tertempa menjadi
pribadi yang tangguh dalam menjalankan peran terutama antara suami istri.
Bagian tempaan yang membuat kita bersabar mencontoh sabarnya para nabi.
Saya ingin sedikit berbagi pengalaman dan
pengamatan tentang pernikahan. Baik bagi mahasiswa saya yang sering kepo
mewawancarai saya tentang pernikahan maupun bagi anda yang disempatkan Allah
sampai ke tulisan ini. Ibarat Neraca, perhitungan di sebelah kiri dan kanan
harus seimbang, pernikahan bisa menghantarkan seseorang mencapai titik
kebahagiaan ketika seimbang antara melayani, melayani, melayani dan dilayani.
Untuk memperoleh keseimbangan itu terkadang perjuangan yang dilakukan bikin
pontang panting.
Dalam sebuah buku berjudul “menikah untuk
bahagia” tulisan Indra Noveldy, saya mencatat satu hal. Kebahagiaan bukanlah
diantar oleh malaikat ke gerbang pernikahan anda. kenyaataannya Anda yang harus
memperjuangkannya. Kalau kata saya, jangan percaya kalimat di film besutan
disney land, yang ditutup dengan kata-kata ”...akhirnya mereka berdua menikah dan
bahagia untuk selama-lamanya” no.. itu kalimat perlu direvisi.
Pernikahan tidak akan membuat anda otomatis
bahagia. Yang ada, anda harus sekuat tenaga mengisi kebahagiaan bersamanya. Ooops jangan jadi takut menikah ya.
Allah maha Adil, dan Allah maha kaya
ilmu. Adil yang berarti tiap manusia,
apapun keadaan dan ujiannya. Pasti pernah merasa bahagia. Manusia dengan
segudang masalah yang dihadapinya. Pasti Allah uji sedikit takut, ragu, bosan,
lemah. Kita wajib menjaga hati agar tidak condong kepada selain yang maha
kuasa. Audzubillahi minnas shaithonir rojim. Berlindunglah hanya kepada Allah
disetiap detik nafas yang terhirup.
Terkadang ketika punya masalah, bahu suami
adalah tempat terindah untuk larut memompa semangat. Tapi kalau masalahnya
dengan suami. Hahai buru-buru mau ke bahunya. Pengennya nya.... (isi sendiri
masing-masing orang beda).
Nah disini lah baru ingat sujud. Ya... sujud
ternikmat memang Allah hadiahkan ketika manusia di ujung masalah pelik. Jadi
berwudhu dan sujudlah dengan khusyu’. eeeits Jangan malah nulis di status media
sosial yah. Ingat kita punya kewajiban menjaga rahasia berdua. Ibarat baju yang
saling menutupi kekurangan di dalam rumah tangga. Jadi pointnya kebahagiaan itu diperjuangkan. Dan
kebahagiaan itu adalah bersandarnya kita di “Bahu” kekuasaan Allah. Allah yang
menciptakan kita dan suami. Allah yang menguji dengan masalah yang dihadapi,
seyogyanya solusinya dari Allah. Kelembutan hati juga dari Allah.
Bicara masalah pernikahan, maka dalam
pandangan Islam. “Menikah adalah Kemuliaan”, kata Ki Anwar Zahid. Moment pernikahan membuat
Semua orang heboh dan turut berbahagia karena penikahan adalah sebuah
kemuliaan. Kejelasan status. Dan tentunya Terhindar dari kemaksiatan. Bayangkan
hebohnya orang menikah. Orang, tetangga keluarga datang rewang. Ada yang mbantu masak, masang sound, ada yang menghias kamar
manten, memberi kado, nyebar undangan sampai mendoakan mempelai. Berbeda dengan
Orang pacaran yang belum jelas statusnya. Goncengan di bikin gosip, berduaan
dicibir, hamil diluar nikah dihina. Ya Allah... ini masih di dunia,
pertanggunjawaban di akhirat lebih berat lagi.
Hujamkan dalam hati kita Pernikahan itu
kemuliaan. Pakai baju paling bagus, kamarnya dihias, sajian makanan melimpah,
doa terucap dari seluruh kerabat. Setelah akad nikah, Berduaan di kamar gak
akan digosipin malah didoakan, disanjung dan dimuliakan. Inilah keindahan syariat
Allah yang memuliakan pernikahan.
Separuh Agama Separuh Jiwa
Orang jawa menyebut pasangan suami / istri
sebagai Garwo, segarane nyowo alias separuh nyawa. Kalau bahasanya lagu separuh
Jiwa, kalau bahasa agama separuh agama.
Dua nyawa yang saling bertautan.
Dua sisi sandal yang walau tidak selalu bersama tapi tujuannya sama.
Syurga. Ibarat kita sedang memperjuangkan syurga yang bisa dicicipi di dunia.
Rosul bersabda baiti jannati, rumahku syurgaku. Pada perjalanan pernikahan
rosul, bukan tanpa masalah tapi tiap langkahnya terikat taat kepada Allah. H
Jika seorang hamba menikah, maka telah menjadi
sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada
setengah yang lainnya . (HR Al Hakim)
Pernikahan itu adalah sunnahku (jalanku) dan
barang siapa yang tidak menyukai jalanku maka bukan termasuk golonganku” (HR
Ibnu Majah)
Janji allah
Lalu apa janji Allah jika kita melaksanakan
pernikahan? Ada banyak ayat dan hadis yang menyebutkan janji Allah layaknya
sebuah jaminan. Jika kita membeli alat elektronik pasti ada aturan petunjuk
pemakaian dan garansi mesin itu baik jika dipatuhi semua petunjuknya. Nah Allah
menetapkan aturan hidup berupa agama dengan menjalan aturan Allah dan menjauhi
larangannya. Salah satu janji Allah di surat Ar Rum {30]:21
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya
ialah Dia Menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Imam Ibnu Katsir memberi penjelasan terkait
ayat ini, Allah swt menciptakan wanita menjadi istri bagi laki-laki tujuannya
agar sang suami tentram ketika bersanding dengan sang istri. Pun sebaliknya
sang Istri damai bersanding dengan suaminya. Agar di rumah tangga itu terbina
mawaddah (rasa Cinta) dan Rahmah (kasih sayang).
Pun pepatah Arab mengatakan “al hubbu ya’ti
ba’daz zawaj” bahwa cinta itu datang
setelah menikah. Maksudnya cinta dan kasih sayang itu muncul setelah ijab
qabul, jadi menikah dulu baru ada cinta dan kasih sayang. Wah yang belum nikah-pacaran,
jangan dulu deh sebut itu cinta dan kasih sayang. Itu level pernikahan.
Janji Allah menolong orang yang menikah ada
juga di hadis berikut ini :
“Ada tiga golongan yang
wajib bagi Allah menolong mereka. Pertama, budak mukatab yang ingin melunasi
dirinya agar bisa merdeka. Dua, orang yang menikah demi menjaga kesucian
dirinya dari ma’shiat. Dan ketiga, para Mujahid diJalan Allah (HR Tirmidzi, An
Nasa”i dan Ibnu Majah)
Hemm jangan ragu jika Allah sudah berjanji
menolong orang yang menikah. Siapa yang paling menepati kalau bukan Allah.
Menikahlah... maka Allah akan tolong karena nya.
Ekspektasi
Banyaknya pernikahan yang berujung perceraian.
Sejatinya bukan berarti orang tidak hormat lagi dengan pernikahan itu sendiri.
Tapi lebih dalam dari itu. Manusia kini punya ekspektasi tinggi tentang
kebahagiaan sebuah pernikahan. “Pernikahan saya harus menciptakan kebahagiaan
versi masing-masing”. Ini paparan John Gray di buku “Mars dan venus Together
Forever”. Setelah titik perceraian, orang masih berharap ada orang lain yang
bisa mewujudkan bahagia nya. Banyak yang tetap menikah lagi untuk mewujudkan
harapan itu.
Nah titik ekspektasi inilah yang berbeda
perjuangannya. Ada yang mampu bertahan mewujudkan impiannya ada yang, angkat
tangan “capek saya, mending ganti orang aja” #eh. Beberapa buku yang saya baca.
Motivator relation ship yang saya ikuti menyarankan untuk memperjuangkan
ekspektasi kebahagiaan anda dengan pasangan yang sekarang. Ada perjuangan yang
harus dilakukan. Ada ilmu komunikasi yang harus dibangun. Ada silaturahmi
keluarga besar yang harus terus dijalin. Gitu ya? Hazaza fighting.
Reality
Pernah lihat film india judulnya kabhi kushi
kabhi gum. (ketahuan ya suka film ginian). Si ayah (amita bachan) punya prinsip
tidak mau bergaul dengan orang miskin. Hingga anak kesayangannya (syah rukh
khan) menikah dengan anak pembantu. Yang berimbas ayah tidak mau mengakuinya
sebagai anak. Sebagai istri, dia harus merelakan hubungan anak dan ibu. untuk
tetap patuh mengikuti suaminya. Suatu ketika hantaman ujian menerpa saya,
beberapa nasehat melibatkan hadis yang intinya
“jika ku perintahkan
seseoang makhluk tunduk pada makhluk lain maka istri harus sujud pada
suami. "
Dan di benak saya menerjemahkan hadis tadi
dengan film kabhi kushi itu. hehe Mungkin realita yang akan dihadapi rumah
tangga anda berbeda dengan itu tetapi pointnya adalah realita sering tidak
sesuai dengan harapan kita. Tidak sejalan dengan lempengnya imajinasi kita akan
kebahagiaan pernikahan. Mungkin Allah menguji di awal pernikahan, mungkin di
tengah atau sepanjang jalan untuk membuat rumah tangga kita lebih tahan
banting.
Ingat kapten yang handal bukan terlahir dari
laut yang tenaang. Ketika badai menghadang biarkan kapten rumah tangga yang
mengambil keputusan dan sebagai istri tetap di kapal, menolongnya melewati
badai meskipun ingin teriak tak sependapat dengan arah yang kapten pilih. Yang
penting awak kapal tetap selamat, begitu kira-kira.
Bertahan demi ridho Allah
Jika anda baru saja menikah wah selamat yah,
mungkin bunga-bunga sedang bermekaran di sekitar rumah. Atau ada orang yang
sedang ingin sangat menangis, bingung tak menemukan lagi arah. Di buku menikah
untuk bahagia digambarkan banyak sekali pasangan berstatus tanpa bahagia.
Pernikahan yang hambar, yang tidak ada lagi tujuan. Hanya berjalan tanpa isi,
hanya status tanpa ketentraman. Kalau sudah begini?
Bertahan demi Ridho Allah, adalah salah satu
solusinya. Jika Allah mengisyaratkan bahwa dengan menikah kita akan tentram.
Tetapi ketika menikah kok gak tentram ya? Bukan Allah nya yang salah, tapi cara
bertahannya yang patut direfresh. baik ilmu dan praktiknya. Tipsnya adalah Terus
memberi tanpa mengharap balasan. Terus menanam tanpa kesusu memanem.
Filosofi bambu cina patut diingat. Bambu cina
di 5 tahun pertama tumbuhhanya beberapa cm, tetapi setelahnya tanaman itu akan
terus meninggi. Luruskan kembali Niat awal kita menikah adalah meraih ridho
Allah. Dengan terus menyiram cinta yang Allah berikan. Dengan melaksanakan syariat
yang ada. pemenuhan kewajiban dan hak antara suami istri.
Semoga Allah memberi solusi atas masalah yang
dihadapi. Perceraian memang dibolehkan
di dalam islam tetapi itu hal yang dibenci. Satu-satunya kebolehan Allah tetapi
tidak disukai. Meraih Ridho Allah untuk menjadi pribadi yang lebih taat. Lebih
qonaah menerima ujian. Semua tak luput dari skenario Allah.
Saling mengingatkan untuk sabar, karena setiap
perjuangan meraih ridho Allah memang butuh kesabaran. Dan syaithon paling
berprestasi adalah yang berhasil membuat suami-istri bercerai. Nauzu billahi
mindzalik.
Dan kini dalam sisa umur saya.
Sambil menunggu adzan nan terus memanggil.
Sambil menunggu panggilan sang Kholik untuk
kembali pulang.
Saya dan suami bikin kesepakatan
saling mengingatkan rumah kembali yang sesungguhnya
adalah Jannah,
sepakat saling menjaga dari api neraka.
Pererat gengaman tangan untuk mewujudkan
bahagia semua versi.
suami dengan versi bahagia sebagai Imam,
Istri yang menjadi ratu dan manajer rumah
tangga,
versi anak dengan keceriaan menapaki pondasi
agama dan kehidupan.
Pernikahan itu perlu komitmen. Yah komitmen
untuk terus memperbaiki diri.
Semoga kita semua berhasil mengisi pernikahan
untuk meraih kebahagian. Dan kebahagian an itu adalah hasil dari perjuangan
tangan anda.
With love
0 komentar