Neraca Bahagia itu adalah PERNIKAHAN

by - September 10, 2018

Pernikahan

Kalau membaca kata “Pernikahan”, apa yang ada di benak anda ?
sebuah kalimat yang terngiang di benak saya saat ini. “Pernikahan adalah Sebuah moment yang semua orang ingin mencapainya. Dan ketika dihadapkan dengan realita bingung apa solusinya”. Haha Ingatan itu based on sebuah tulisan yang saya baca jauh sebelum saya menikah. Sebenarnya yang tertulis lebih ekstrim. “Pernikahan adalah gerbang yang semua orang ingin memasukinya, dan ketika sudah masuk setiap orang ingin keluar darinya”. Itu kalimat yang saya temukan. 

Benarkah? hemm selama 8 tahun pernikahan, terkadang dalam keadaan jengkel, saya hampir-hampir saja membenarkan kalimat itu, ooops buru-buru istigfar. Hehe. Tapi Ketika hati sakinah. Saya ingatkan diri saya bahwa Pernikahan adalah hal yang paling saya syukuri. Ini anugrah dari Allah. Universitas pernikahan membuat anggota di dalamnya tertempa menjadi pribadi yang tangguh dalam menjalankan peran terutama antara suami istri. Bagian tempaan yang membuat kita bersabar mencontoh sabarnya para nabi. 

Saya ingin sedikit berbagi pengalaman dan pengamatan tentang pernikahan. Baik bagi mahasiswa saya yang sering kepo mewawancarai saya tentang pernikahan maupun bagi anda yang disempatkan Allah sampai ke tulisan ini. Ibarat Neraca, perhitungan di sebelah kiri dan kanan harus seimbang, pernikahan bisa menghantarkan seseorang mencapai titik kebahagiaan ketika seimbang antara melayani, melayani, melayani dan dilayani. Untuk memperoleh keseimbangan itu terkadang perjuangan yang dilakukan bikin pontang panting.

Dalam sebuah buku berjudul “menikah untuk bahagia” tulisan Indra Noveldy, saya mencatat satu hal. Kebahagiaan bukanlah diantar oleh malaikat ke gerbang pernikahan anda. kenyaataannya Anda yang harus memperjuangkannya. Kalau kata saya, jangan percaya kalimat di film besutan disney land, yang ditutup dengan kata-kata ”...akhirnya mereka berdua menikah dan bahagia untuk selama-lamanya” no.. itu kalimat perlu direvisi. 

Pernikahan tidak akan membuat anda otomatis bahagia. Yang ada, anda harus sekuat tenaga mengisi kebahagiaan bersamanya. Ooops jangan jadi takut menikah ya.  Allah maha Adil, dan Allah maha kaya ilmu.  Adil yang berarti tiap manusia, apapun keadaan dan ujiannya. Pasti pernah merasa bahagia. Manusia dengan segudang masalah yang dihadapinya. Pasti Allah uji sedikit takut, ragu, bosan, lemah. Kita wajib menjaga hati agar tidak condong kepada selain yang maha kuasa. Audzubillahi minnas shaithonir rojim. Berlindunglah hanya kepada Allah disetiap detik nafas yang terhirup.
 Terkadang ketika punya masalah, bahu suami adalah tempat terindah untuk larut memompa semangat. Tapi kalau masalahnya dengan suami. Hahai buru-buru mau ke bahunya. Pengennya nya.... (isi sendiri masing-masing orang beda). 


Nah disini lah baru ingat sujud. Ya... sujud ternikmat memang Allah hadiahkan ketika manusia di ujung masalah pelik. Jadi berwudhu dan sujudlah dengan khusyu’. eeeits Jangan malah nulis di status media sosial yah. Ingat kita punya kewajiban menjaga rahasia berdua. Ibarat baju yang saling menutupi kekurangan di dalam rumah tangga.  Jadi pointnya kebahagiaan itu diperjuangkan. Dan kebahagiaan itu adalah bersandarnya kita di “Bahu” kekuasaan Allah. Allah yang menciptakan kita dan suami. Allah yang menguji dengan masalah yang dihadapi, seyogyanya solusinya dari Allah. Kelembutan hati juga dari Allah.

Bicara masalah pernikahan, maka dalam pandangan Islam. “Menikah adalah Kemuliaan”,  kata Ki Anwar Zahid. Moment pernikahan membuat Semua orang heboh dan turut berbahagia karena penikahan adalah sebuah kemuliaan. Kejelasan status. Dan tentunya Terhindar dari kemaksiatan. Bayangkan hebohnya orang menikah. Orang, tetangga keluarga datang rewang. Ada yang mbantu masak, masang sound, ada yang menghias kamar manten, memberi kado, nyebar undangan sampai mendoakan mempelai. Berbeda dengan Orang pacaran yang belum jelas statusnya. Goncengan di bikin gosip, berduaan dicibir, hamil diluar nikah dihina. Ya Allah... ini masih di dunia, pertanggunjawaban di akhirat lebih berat lagi.
Hujamkan dalam hati kita Pernikahan itu kemuliaan. Pakai baju paling bagus, kamarnya dihias, sajian makanan melimpah, doa terucap dari seluruh kerabat. Setelah akad nikah, Berduaan di kamar gak akan digosipin malah didoakan, disanjung dan dimuliakan. Inilah keindahan syariat Allah yang memuliakan pernikahan.

Separuh Agama Separuh Jiwa

Orang jawa menyebut pasangan suami / istri sebagai Garwo, segarane nyowo alias separuh nyawa. Kalau bahasanya lagu separuh Jiwa, kalau bahasa agama separuh agama.  Dua nyawa yang saling bertautan.  Dua sisi sandal yang walau tidak selalu bersama tapi tujuannya sama. Syurga. Ibarat kita sedang memperjuangkan syurga yang bisa dicicipi di dunia. Rosul bersabda baiti jannati, rumahku syurgaku. Pada perjalanan pernikahan rosul, bukan tanpa masalah tapi tiap langkahnya terikat taat kepada Allah. H
Jika seorang hamba menikah, maka telah menjadi sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada setengah yang lainnya . (HR Al Hakim)
Pernikahan itu adalah sunnahku (jalanku) dan barang siapa yang tidak menyukai jalanku maka bukan termasuk golonganku” (HR Ibnu Majah)

Janji allah

Lalu apa janji Allah jika kita melaksanakan pernikahan? Ada banyak ayat dan hadis yang menyebutkan janji Allah layaknya sebuah jaminan. Jika kita membeli alat elektronik pasti ada aturan petunjuk pemakaian dan garansi mesin itu baik jika dipatuhi semua petunjuknya. Nah Allah menetapkan aturan hidup berupa agama dengan menjalan aturan Allah dan menjauhi larangannya. Salah satu janji Allah di surat Ar Rum {30]:21
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Imam Ibnu Katsir memberi penjelasan terkait ayat ini, Allah swt menciptakan wanita menjadi istri bagi laki-laki tujuannya agar sang suami tentram ketika bersanding dengan sang istri. Pun sebaliknya sang Istri damai bersanding dengan suaminya. Agar di rumah tangga itu terbina mawaddah (rasa Cinta) dan Rahmah (kasih sayang). 

Pun pepatah Arab mengatakan “al hubbu ya’ti ba’daz zawaj”  bahwa cinta itu datang setelah menikah. Maksudnya cinta dan kasih sayang itu muncul setelah ijab qabul, jadi menikah dulu baru ada cinta dan kasih sayang. Wah yang belum nikah-pacaran, jangan dulu deh sebut itu cinta dan kasih sayang. Itu level pernikahan.


Janji Allah menolong orang yang menikah ada juga di hadis berikut ini :
“Ada tiga golongan yang wajib bagi Allah menolong mereka. Pertama, budak mukatab yang ingin melunasi dirinya agar bisa merdeka. Dua, orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya dari ma’shiat. Dan ketiga, para Mujahid diJalan Allah (HR Tirmidzi, An Nasa”i dan Ibnu Majah) 

Hemm jangan ragu jika Allah sudah berjanji menolong orang yang menikah. Siapa yang paling menepati kalau bukan Allah. Menikahlah... maka Allah akan tolong karena nya.

Ekspektasi

Banyaknya pernikahan yang berujung perceraian. Sejatinya bukan berarti orang tidak hormat lagi dengan pernikahan itu sendiri. Tapi lebih dalam dari itu. Manusia kini punya ekspektasi tinggi tentang kebahagiaan sebuah pernikahan. “Pernikahan saya harus menciptakan kebahagiaan versi masing-masing”. Ini paparan John Gray di buku “Mars dan venus Together Forever”. Setelah titik perceraian, orang masih berharap ada orang lain yang bisa mewujudkan bahagia nya. Banyak yang tetap menikah lagi untuk mewujudkan harapan itu.
Nah titik ekspektasi inilah yang berbeda perjuangannya. Ada yang mampu bertahan mewujudkan impiannya ada yang, angkat tangan “capek saya, mending ganti orang aja” #eh. Beberapa buku yang saya baca. Motivator relation ship yang saya ikuti menyarankan untuk memperjuangkan ekspektasi kebahagiaan anda dengan pasangan yang sekarang. Ada perjuangan yang harus dilakukan. Ada ilmu komunikasi yang harus dibangun. Ada silaturahmi keluarga besar yang harus terus dijalin. Gitu ya? Hazaza fighting.

Reality

Pernah lihat film india judulnya kabhi kushi kabhi gum. (ketahuan ya suka film ginian). Si ayah (amita bachan) punya prinsip tidak mau bergaul dengan orang miskin. Hingga anak kesayangannya (syah rukh khan) menikah dengan anak pembantu. Yang berimbas ayah tidak mau mengakuinya sebagai anak. Sebagai istri, dia harus merelakan hubungan anak dan ibu. untuk tetap patuh mengikuti suaminya. Suatu ketika hantaman ujian menerpa saya, beberapa nasehat melibatkan hadis yang intinya
“jika ku perintahkan seseoang makhluk tunduk pada makhluk lain maka istri harus sujud pada suami. "

Dan di benak saya menerjemahkan hadis tadi dengan film kabhi kushi itu. hehe Mungkin realita yang akan dihadapi rumah tangga anda berbeda dengan itu tetapi pointnya adalah realita sering tidak sesuai dengan harapan kita. Tidak sejalan dengan lempengnya imajinasi kita akan kebahagiaan pernikahan. Mungkin Allah menguji di awal pernikahan, mungkin di tengah atau sepanjang jalan untuk membuat rumah tangga kita lebih tahan banting.

Ingat kapten yang handal bukan terlahir dari laut yang tenaang. Ketika badai menghadang biarkan kapten rumah tangga yang mengambil keputusan dan sebagai istri tetap di kapal, menolongnya melewati badai meskipun ingin teriak tak sependapat dengan arah yang kapten pilih. Yang penting awak kapal tetap selamat, begitu kira-kira.

Bertahan demi ridho Allah

Jika anda baru saja menikah wah selamat yah, mungkin bunga-bunga sedang bermekaran di sekitar rumah. Atau ada orang yang sedang ingin sangat menangis, bingung tak menemukan lagi arah. Di buku menikah untuk bahagia digambarkan banyak sekali pasangan berstatus tanpa bahagia. Pernikahan yang hambar, yang tidak ada lagi tujuan. Hanya berjalan tanpa isi, hanya status tanpa ketentraman. Kalau sudah begini?
Bertahan demi Ridho Allah, adalah salah satu solusinya. Jika Allah mengisyaratkan bahwa dengan menikah kita akan tentram. Tetapi ketika menikah kok gak tentram ya? Bukan Allah nya yang salah, tapi cara bertahannya yang patut direfresh. baik ilmu dan praktiknya. Tipsnya adalah Terus memberi tanpa mengharap balasan. Terus menanam tanpa kesusu memanem. 

Filosofi bambu cina patut diingat. Bambu cina di 5 tahun pertama tumbuhhanya beberapa cm, tetapi setelahnya tanaman itu akan terus meninggi. Luruskan kembali Niat awal kita menikah adalah meraih ridho Allah. Dengan terus menyiram cinta yang Allah berikan. Dengan melaksanakan syariat yang ada. pemenuhan kewajiban dan hak antara suami istri. 

Semoga Allah memberi solusi atas masalah yang dihadapi.  Perceraian memang dibolehkan di dalam islam tetapi itu hal yang dibenci. Satu-satunya kebolehan Allah tetapi tidak disukai. Meraih Ridho Allah untuk menjadi pribadi yang lebih taat. Lebih qonaah menerima ujian. Semua tak luput dari skenario Allah. 

Saling mengingatkan untuk sabar, karena setiap perjuangan meraih ridho Allah memang butuh kesabaran. Dan syaithon paling berprestasi adalah yang berhasil membuat suami-istri bercerai. Nauzu billahi mindzalik.
Dan kini dalam sisa umur saya.
Sambil menunggu adzan nan terus memanggil.
Sambil menunggu panggilan sang Kholik untuk kembali pulang.
Saya dan suami bikin kesepakatan
saling mengingatkan rumah kembali yang sesungguhnya adalah Jannah,
sepakat saling menjaga dari api neraka.
Pererat gengaman tangan untuk mewujudkan bahagia semua versi.
suami dengan versi bahagia sebagai Imam,
Istri yang menjadi ratu dan manajer rumah tangga,
versi anak dengan keceriaan menapaki pondasi agama dan kehidupan. 


Pernikahan itu perlu komitmen. Yah komitmen untuk terus memperbaiki diri.
Semoga kita semua berhasil mengisi pernikahan untuk meraih kebahagian. Dan kebahagian an itu adalah hasil dari perjuangan tangan anda.

With love


You May Also Like

0 komentar